Fidyah: Sebuah Kisah tentang Pengorbanan yang Mencerahkan Hati
https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat
Di sebuah desa kecil yang terpencil, tinggal seorang tua bernama Ahmad yang hidup sebatang kara. Meskipun usianya sudah lanjut, dia tetap gigih bekerja sebagai tukang kayu untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Namun, rezeki yang didapat Ahmad tidaklah cukup untuk memberi makan dirinya sendiri, apalagi untuk membayar fidyah Ramadhan sebagai pengganti puasa yang tak mampu dia lakukan karena kondisi kesehatannya yang memburuk.
Setiap tahunnya, saat bulan Ramadhan tiba, Ahmad merasa sangat terpukul. Dia merasa bersalah karena tidak mampu menjalankan ibadah puasa seperti yang diwajibkan dalam agamanya. Namun, di balik kesedihan dan penyesalan itu, ada kekuatan batin yang mendorong Ahmad untuk melakukan kebaikan sesuai kemampuannya.
Suatu pagi, ketika Ahmad sedang bekerja di bengkelnya, dia melihat seorang anak kecil berjalan lewat di depan rumahnya. Anak itu tampak kelelahan dan kelaparan. Dengan hati yang terenyuh, Ahmad menghampiri anak tersebut dan menawarkan makanan yang telah dia siapkan untuk sarapan.
"Ayo, Nak, makanlah. Jangan malu-malu," ucap Ahmad ramah sambil menyodorkan sepiring nasi dan lauk pauknya kepada anak itu.
Anak itu terkejut dan terharu dengan kebaikan Ahmad. Dia menerima makanan itu dengan penuh rasa syukur, dan senyum kecil pun terukir di wajahnya. Ahmad merasa bahagia bisa memberikan sedikit kebahagiaan kepada anak tersebut.
Keesokan harinya, Ahmad kembali melanjutkan rutinitasnya di bengkel. Namun, kali ini, dia merasa ada yang berbeda. Seolah-olah ada energi positif yang mengalir dalam dirinya. Ketika sedang asyik mengerjakan pesanan kayu, tiba-tiba seorang wanita tua datang menghampiri Ahmad.
"Wahai anak muda, saya terdengar kabar bahwa engkau tidak mampu membayar fidyah Ramadhan. Namun, janganlah bersedih. Saya ingin menawarkan bantuan," kata wanita itu sambil tersenyum lembut.
Ahmad terkejut dan tidak habis pikir. Bagaimana mungkin wanita itu tahu tentang masalahnya? Tapi, tanpa banyak bertanya, Ahmad menerima tawaran bantuan dari wanita itu. Wanita itu menyerahkan sejumlah uang yang cukup untuk membayar fidyah Ramadhan Ahmad, beserta sedikit tambahan untuk kebutuhan sehari-hari.
"Terima kasih banyak, Bu. Saya tidak akan pernah melupakan kebaikan ini," ucap Ahmad dengan tulus.
Wanita tua itu hanya tersenyum dan perlahan meninggalkan bengkel Ahmad. Ahmad merasa terharu dan bersyukur atas pertolongan yang diberikan oleh wanita baik hati tersebut.
Sejak saat itu, Ahmad tidak hanya berbagi makanan kepada mereka yang membutuhkan, tetapi juga mengajak para tetangganya untuk saling membantu satu sama lain. Dia menyadari bahwa kebaikan akan selalu mendatangkan kebaikan yang berlipat ganda.
Ketika bulan Ramadhan berakhir, Ahmad dengan penuh rasa syukur membayar fidyah yang telah dikumpulkan bersama-sama dengan bantuan wanita tua dan dukungan dari tetangga sekitarnya. Meskipun fisiknya mungkin lemah, namun semangatnya tetap kuat dan terang benderang, seperti cahaya yang menerangi gelapnya malam.
Penulis : Yoga Pratama
#BaznasKotaYogyakarta