Ramadhan dan Keajaiban Al-Qur'an

Ramadhan dan Al-Quran adalah dua hal yang tak terpisahkan. Keduanya adalah wujud kasih sayang Allah. “Dia-lah Ar-Rahman yang mengajarkan Al-Quran (QS. Ar-Rahman: 1-2).” Allah menurunkan Al-Quran melalui dua proses yaitu dari Lauhul mahfudz ke langit dunia (baitul izzah) dan dari langit dunia kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam melalui perantara malaikat Jibril.
Al-Quran adalah Rahmat
Berinteraksi dengan Al-Quran ini adalah jalan paling cepat untuk meraih rahmat Allah meski hanya mendengarkannya. “Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat." (QS Al-A'raf: 204)
Kemuliaan Ramadhan dan Turunnya Al-Quran
Ramadhan dikenal dengan nama syahrul Quran (bulan Al-Quran) karena bersamaan dengan waktu turunnya Al-Quran. Ini bukan semata penamaan biasa tetapi pemaknaan terhadap kemuliaan Al-Quran dan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan rangkaian firman Allah yang merupakan ayat-ayat Ramadhan yaitu Surah Al-Baqarah: 183-187 dan juga hadits-hadits yang mencatat bagaimana intense interaksi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dengan Al-Quran di bulan Ramadhan.
Allah menyebutkan bahwa Ramadhan ini bulan yang istimewa. Ia mulia dan istimewa karena bersamaan dengan saat diturunkannya Al-Quran. Segala hal dan setiap makhluk yang Allah takdirkan berkaitan dengan Al-Quran, Allah angkat derajatnya menjadi mulia. Malam diturunkannya Al-Quran menjadi mulia dengan kemuliaan melebihi seribu bulan. Ialah malam Lailatul Qadr di bulan Ramadhan.
Al-Quran sebagai Petunjuk
Al-Quran sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (QS Al-Baqarah: 2). Nama Al-Huda pada Al-Quran bermakna bahwa Al-Quran memberi petunjuk jalan yang lurus yang membawa umat dari kegelapan menuju cahaya. Al-Quran diturunkan pada masa jahiliyiah. Melalui Al-Quran inilah peradaban muslim dimulai. Ia adalah mukjizat yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam dan umatnya.
Al-Quran sebagai Penyembuh
Allah berfirman dalam Surah Yunus ayat 57-58.
"Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin." (QS Yunus: 57)
Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmatnya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” Allah berfirman menyebutkan karunia-Nya yang telah diberikan kepada makhluk-Nya, yaitu Al-Qur'an yang telah diturunkan-Nya kepada Rasul-Nya yang mulia: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian pelajaran dari Tuhan kalian.”
Yakni peringatan terhadap perbuatan-perbuatan yang keji. “Dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada.” Maksudnya adalah dari kebimbangan dan keraguan, yaitu melenyapkan kotoran dan najis yang terdapat di dalam dada. “Dan petunjuk serta rahmat.” Dengan mengamalkannya akan diperoleh petunjuk dan rahmat dari Allah ?. Dan sesungguhnya hal itu hanyalah bisa diperoleh bagi orang-orang mukmin dan orang-orang yang percaya serta meyakini apa yang terkandung di dalam Al-Qur'an.
“Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira’.” (QS Yunus: 58)
Artinya, dengan adanya hidayah dan agama yang benar ini yang datang kepada mereka, hendaklah mereka bergembira, karena hal itu merupakan sesuatu yang lebih patut untuk mereka bergembira.
“Karunia dan rahmat Allah itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (Yunus: 58)
Yakni lebih baik daripada harta benda duniawi dan semua perhiasannya yang pasti akan fana dan lenyap itu. Sehubungan dengan tafsir ayat ini, Ibnu Abu Hatim meriwayatkan sebuah atsar berikut sanadnya dari Baqiyyah ibnul Walid, dari Safwan bin Amr; ia pernah mendengar Aifa' bin Abdul Kala'i mengatakan bahwa ketika datang harta Kharraj dari Irak kepada Khalifah Umar radhiyallahu ‘anhu, khalifah keluar bersama seorang maula (pelayan)nya. Kemudian Khalifah Umar menghitung-hitung ternak dari hasil Kharraj itu, dan ternyata jumlahnya jauh lebih banyak daripada apa yang diperkirakannya. Maka Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, "Segala puji bagi Allah." Sedangkan maulanya mengatakan, “Ini, demi Allah, berkat karunia dan rahmat Allah.” Maka Khalifah Umar memotongnya, "Kamu dusta, ini bukanlah yang dimaksudkan oleh firman-Nya: “Katakanlah, 'Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya’.” (Yunus: 58), hingga akhir ayat. Dan semua harta ini berasal dari apa yang mereka kumpulkan." Al-Hafiz Abu Qasim At-Tabrani telah menyebutkan sanadnya dengan lengkap. Dia meriwayatkannya dari Abu Zar'ah Ad-Dimasyqi, dari Haiwah bin Syuraih, dari Baqiyyah, kemudian ia menuturkan atsar ini.
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.
https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyitoh