Makna, Sejarah, dan Hikmah Nuzulul Qur’an

Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya Al-Qur’an sebagai wahyu dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Peristiwa ini merupakan momen paling bersejarah bagi umat Islam karena menandai awal penyebaran risalah Islam. Secara umum, peringatan Nuzulul Qur’an jatuh pada malam 17 Ramadhan, meskipun wahyu pertama turun pada malam Lailatul Qadar.

Turunnya Al-Qur’an bukan sekadar peristiwa biasa, melainkan sebuah titik balik peradaban yang membawa petunjuk, ilmu, dan hukum bagi seluruh manusia. Dalam artikel ini, kita akan membahas makna, sejarah, dan hikmah dari peristiwa Nuzulul Qur’an.

Makna Nuzulul Qur’an

Secara bahasa, Nuzulul Qur’an berasal dari kata nuzul yang berarti "turun" atau "diturunkan." Sedangkan Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi wahyu dari Allah SWT. Dengan demikian, Nuzulul Qur’an bermakna peristiwa turunnya Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup bagi manusia.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)

Dari ayat ini, kita mengetahui bahwa Al-Qur’an bukan hanya sebagai kitab suci, tetapi juga sebagai pedoman bagi umat Islam untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan perintah Allah SWT.

Sejarah Turunnya Al-Qur’an

Al-Qur’an Diturunkan Secara Bertahap

Turunnya Al-Qur’an terjadi dalam dua fase utama:

Pertama, Al-Quran diturunkan secara sekaligus dari langit ketujuh Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah di langit dunia
Sebagaimana firman Allah SWT:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam Lailatul Qadar." (QS. Al-Qadr: 1)

Ayat ini menunjukkan bahwa sebelum diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Al-Qur’an sudah tersimpan di Lauh Mahfuz. Peristiwa turunnya Al-Quran secara langsung dari Lauh Mahfuz ke Baitul Izzah ini dikenal dengan lailatul qadar.

Kedua, Al-Quran diturunkan secara bertahap dari Baitul Izzah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril
Al-Qur’an kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur selama kurang lebih 23 tahun, yaitu 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah.

Mengapa Al-Qur’an Diturunkan Secara Berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW?

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW selama 23 tahun secara bertahap, bukan sekaligus. Proses ini memiliki hikmah dan tujuan yang sangat penting dalam dakwah Islam.

Allah SWT berfirman:

"Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar engkau membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (QS. Al-Isra’: 106)

Berikut adalah beberapa hikmah mengapa Al-Qur’an diturunkan secara bertahap:

Memudahkan Nabi Muhammad SAW dan Umat dalam Menerima dan Menghafal

Jika Al-Qur’an diturunkan sekaligus, umat Islam akan kesulitan dalam memahami dan menghafalnya. Dengan turunnya secara bertahap, mereka bisa mempelajari, memahami, dan mengamalkan ayat-ayat yang telah diturunkan sebelum menerima wahyu berikutnya.

Allah SWT berfirman:

"Berkatalah orang-orang kafir, 'Mengapa Al-Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?' Demikianlah, agar Kami perkuat hatimu dengannya, dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan perlahan-lahan).” (QS. Al-Furqan: 32)

Dari ayat ini, kita mengetahui bahwa penurunan bertahap membuat Nabi Muhammad SAW lebih kuat dan tenang dalam menerima wahyu.

Menyesuaikan dengan Situasi dan Kondisi Umat Islam

Turunnya Al-Qur’an secara bertahap memungkinkan ayat-ayat diturunkan sesuai dengan kondisi sosial, budaya, dan politik saat itu.

Contohnya:

Larangan minuman keras tidak diturunkan sekaligus, tetapi secara bertahap:

QS. Al-Baqarah: 219 – Allah menyebut bahwa ada manfaat tetapi juga dosa besar dalam khamr.

QS. An-Nisa’: 43 – Melarang mabuk saat akan sholat.

QS. Al-Ma’idah: 90 – Khamr diharamkan sepenuhnya.

Pendekatan bertahap ini membantu umat Islam untuk menyesuaikan diri dan tidak memberatkan mereka dalam mengubah kebiasaan buruk.

Menguatkan Hati Nabi Muhammad SAW dalam Menghadapi Tantangan

Selama masa dakwah, Rasulullah SAW menghadapi banyak rintangan dan cobaan dari kaum Quraisy. Dengan turunnya Al-Qur’an secara bertahap, beliau mendapatkan motivasi, ketenangan, dan dukungan spiritual dalam menghadapi berbagai ujian.

Contoh:

Ketika Rasulullah SAW bersedih atas wafatnya Khadijah RA dan Abu Thalib, Allah menurunkan QS. Ad-Dhuha: 1-11 untuk menghiburnya.

Sebagai Bukti bahwa Al-Qur’an adalah Wahyu dari Allah

Orang-orang kafir Quraisy sering menuduh bahwa Al-Qur’an adalah hasil karangan Nabi Muhammad SAW. Jika Al-Qur’an turun sekaligus, mereka bisa berargumen bahwa Nabi telah menyalinnya dari kitab lain.

Namun, karena diturunkan berangsur-angsur dalam kurun waktu 23 tahun, dan isinya selalu sesuai dengan kejadian nyata, maka tidak mungkin Nabi SAW yang mengarangnya.

Allah SWT berfirman:

"Dan dia (Muhammad) tidaklah berbicara menurut hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya." (QS. An-Najm: 3-4)

Memudahkan Umat Islam untuk Mengamalkan Ajaran Islam

Jika seluruh hukum Islam langsung diturunkan dalam satu waktu, umat Islam akan kesulitan menjalankannya secara langsung. Oleh karena itu, Al-Qur’an diturunkan sedikit demi sedikit agar mereka bisa mengamalkan secara bertahap.

Misalnya:

Perintah sholat: Awalnya hanya beberapa rakaat. Kemudian diwajibkan lima waktu sehari semalam.

Larangan riba: Pertama, Allah menyebutkan bahwa riba tidak sama dengan perdagangan. Kemudian Allah menyatakan bahwa riba adalah dosa besar. Akhirnya, riba diharamkan secara total dalam QS. Al-Baqarah: 275-279

Dengan cara ini, umat Islam tidak merasa terbebani dalam menjalankan syariat Islam.

Wahyu Pertama yang Diturunkan

Wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW adalah Surat Al-‘Alaq ayat 1-5:

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-‘Alaq: 1-5)

Wahyu ini turun ketika Nabi Muhammad SAW sedang berada di Gua Hira, tempat beliau sering menyendiri untuk merenung. Setelah peristiwa ini, Rasulullah SAW menerima wahyu secara bertahap yang membentuk ajaran Islam secara sempurna.

Hikmah Nuzulul Qur’an

1. Sebagai Petunjuk Hidup

Al-Qur’an adalah pedoman hidup bagi manusia. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus." (QS. Al-Isra: 9)

Dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman, umat Islam dapat menjalani kehidupan yang benar sesuai dengan ajaran Islam.

2. Memotivasi untuk Mencari Ilmu

Wahyu pertama yang turun adalah perintah untuk membaca (iqra’). Ini menunjukkan pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam. Umat Islam diperintahkan untuk selalu belajar dan mengembangkan ilmu demi kemajuan peradaban.

3. Mengingatkan tentang Kebesaran Allah SWT

Turunnya Al-Qur’an menjadi bukti kasih sayang Allah kepada manusia. Ia memberikan bimbingan agar manusia tidak tersesat dalam kehidupan dunia.

4. Mendorong Umat Islam untuk Meningkatkan Ibadah

Nuzulul Qur’an yang terjadi di bulan Ramadhan menjadi motivasi bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah, terutama membaca Al-Qur’an, sholat malam, dan berdoa.

5. Menjadi Pembeda antara Kebenaran dan Kebatilan

Allah SWT menyebut Al-Qur’an sebagai Al-Furqan, yang berarti pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Hal ini mengajarkan umat Islam untuk selalu berada di jalan yang benar dan menjauhi kebatilan.

Kesimpulan

Nuzulul Qur’an adalah peristiwa turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad ﷺ yang menjadi awal dari risalah Islam. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk hidup, pembeda antara yang benar dan salah, serta motivasi bagi umat Islam untuk terus belajar dan meningkatkan ibadah.

Sebagai umat Islam, kita harus menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Membaca, memahami, dan mengamalkan isi Al-Qur’an adalah wujud syukur kita atas nikmat yang diberikan Allah SWT.

 

*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.
https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat  
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id 

Editor : Ashifuddin Fikri

Writer : Nur Isnaini Masyithoh