Gaza Berduka dan Panggilan Kemanusiaan

Bantu Palestina dengan Berdonasi disini: https://kitabisa.com/campaign/yukbantupalestinasekarang
Tanggal 18 Maret 2025 menjadi hari yang tak terlupakan bagi penduduk Gaza. Serangan besar-besaran yang terjadi pada hari itu meninggalkan luka mendalam, tidak hanya pada tanah dan bangunan, tetapi juga pada jiwa setiap manusia yang menyaksikan dan mengalaminya. Gaza, yang sudah bertahun-tahun hidup dalam tekanan blokade dan konflik, kembali dihantam oleh gelombang kekerasan yang memporak-porandakan kehidupan. Setelah serangan itu, yang tersisa adalah kota yang hancur, keluarga yang tercerai-berai, dan harapan yang nyaris padam.
Reruntuhan yang Menjadi Saksi Bisu
Jalan-jalan di Gaza, yang dulu dipenuhi dengan suara tawa anak-anak dan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, kini dipenuhi dengan puing-puing bangunan yang hancur. Rumah-rumah, sekolah, rumah sakit, dan tempat ibadah—semuanya rata dengan tanah. Menurut laporan PBB, lebih dari 60% infrastruktur Gaza hancur atau rusak parah akibat serangan tersebut (United Nations, 2025). Ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi ke tenda-tenda pengungsian yang sesak dan tidak layak. Anak-anak, yang seharusnya bermain dan belajar, kini harus menghadapi kenyataan pahit bahwa masa kecil mereka telah direnggut oleh kekerasan yang tak mereka pahami.
Duka yang Tak Terungkap
Di balik setiap reruntuhan, ada cerita-cerita pilu yang tak terungkap. Seorang ibu yang kehilangan anaknya, seorang ayah yang kehilangan mata pencaharian, dan seorang anak yang kehilangan masa depannya. Namun, di tengah keputusasaan, ada juga kisah-kisah heroik tentang bagaimana warga Gaza saling membantu, berbagi makanan yang sedikit, dan memberikan tempat tinggal sementara bagi mereka yang kehilangan rumah. Solidaritas ini adalah bukti bahwa meskipun fisik mereka terluka, semangat manusiawi mereka tetap utuh.
Bantu Palestina dengan Berdonasi disini: https://kitabisa.com/campaign/yukbantupalestinasekarang
Harapan di Tengah Keputusasaan
Meskipun situasinya terlihat suram, harapan tidak pernah benar-benar padam di Gaza. Banyak organisasi kemanusiaan, baik lokal maupun internasional, berusaha memberikan bantuan secepat mungkin. Bantuan medis, makanan, dan air bersih mulai mengalir, meskipun tidak sebanding dengan kebutuhan yang begitu besar. UNICEF (2025) melaporkan bahwa lebih dari 50% populasi Gaza adalah anak-anak di bawah usia 18 tahun, yang kini menghadapi risiko kekurangan gizi, penyakit, dan trauma psikologis yang berkepanjangan.
Anak-anak Gaza, meskipun trauma, masih memiliki mimpi. Mereka masih bercita-cita menjadi dokter, insinyur, atau guru. Mereka masih percaya bahwa suatu hari nanti, mereka akan melihat Gaza yang damai, di mana mereka bisa tumbuh tanpa rasa takut.
Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian
Serangan 18 Maret 2025 adalah gambaran nyata tentang betapa pentingnya perdamaian dan keadilan. Dunia tidak bisa terus menutup mata terhadap penderitaan yang terjadi di Gaza. Setiap serangan, setiap bom yang dijatuhkan, tidak hanya menghancurkan bangunan, tetapi juga menghancurkan masa depan generasi ini.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa Gaza tidak hanya dibangun kembali secara fisik, tetapi juga secara sosial dan ekonomi. Kita harus memastikan bahwa anak-anak Gaza bisa tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih sayang, di mana mereka bisa meraih mimpi-mimpi mereka tanpa hambatan. Mari kita bersama-sama bekerja untuk memastikan bahwa Gaza tidak hanya bangkit dari reruntuhan, tetapi juga menjadi simbol perdamaian dan keadilan bagi dunia.
Bantu Palestina dengan Berdonasi disini: https://kitabisa.com/campaign/yukbantupalestinasekarang
*Tunaikan zakat, infaq, sedekah melalui Kantor Digital BAZNAS Kota Yogyakarta.
https://kotayogya.baznas.go.id/bayarzakat
Kunjungi juga website: https://baznas.jogjakota.go.id
Editor : Ashifuddin Fikri
Writer : Nur Isnaini Masyithoh